Pendidikan

TERJADINYA DEKADENSI MORAL PADA DUNIA PENDIDIKAN KITA SERTA HILANGNYA KEBERKAHAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

TERJADINYA DEKADENSI MORAL PADA DUNIA PENDIDIKAN KITA SERTA HILANGNYA KEBERKAHAN DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Oleh : Dr. Drs. H. Syahrir, MM

 

Kepala SMKN 5 Banjarmasin/Pemerhati Pendidikan

 

Dekadensi moral dalam dunia pendidikan merupakan isu yang sering dibicarakan dan menjadi perhatian masyarakat. Pendidikan dianggap sebagai pilar utama dalam membentuk karakter dan moral individu, namun terdapat perubahan yang mengkhawatirkan dalam nilai-nilai moral yang diajarkan dan dipraktikkan di lingkungan pendidikan. Tulisan ini mencoba   membahas sebab-sebab terjadinya dekadensi moral dalam dunia pendidikan, serta dampak-dampak yang ditimbulkan.

 

Sebab-sebab Dekadensi Moral dalam Dunia Pendidikan

 

Ÿ  Perubahan Nilai Masyarakat: Perubahan nilai-nilai masyarakat yang lebih mengedepankan materialisme, individualisme, dan keserakahan dapat berdampak pada pandangan dan sikap para pelajar terhadap moral.

 

Ÿ  Tekanan Akademis yang Berlebihan: Tekanan akademis yang tinggi sering kali mengakibatkan pelajar dan siswa mencari jalan pintas untuk mencapai kesuksesan, termasuk perilaku curang dan tidak etis.

 

Ÿ  Pengaruh Media dan Teknologi: Keterpaparan yang tinggi terhadap media dan teknologi bisa mengakibatkan eksposur terhadap konten yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral, serta memengaruhi cara berpikir dan bertindak para pelajar.

 

Ÿ  Kurangnya Pendidikan Moral yang Tersistem: Banyak sistem pendidikan yang lebih fokus pada pemberian pengetahuan akademis, sementara aspek pendidikan moral sering diabaikan.

 

Dampak Dekadensi Moral dalam Dunia Pendidikan

Ÿ  Menurunnya Integritas Individu: Dekadensi moral dapat menyebabkan penurunan integritas individu, sehingga tindakan curang, berbohong, dan ketidakjujuran menjadi lebih umum.

 

Ÿ  Peningkatan Kenakalan Remaja: Pelanggaran nilai-nilai moral dapat berkontribusi pada peningkatan perilaku kenakalan remaja, seperti penggunaan narkoba, tawuran, dan perbuatan kriminal.

 

Ÿ  Runtuhnya Etika Profesionalisme: Dekadensi moral dalam dunia pendidikan juga dapat merusak etika profesionalisme guru dan staf pendidik, yang pada gilirannya mempengaruhi kualitas pembelajaran.

 

Ÿ  Mengancam Masa Depan Bangsa: Generasi muda yang terpengaruh dekadensi moral berpotensi merugikan masa depan bangsa, karena mereka adalah pemimpin dan pengambil keputusan di masa yang akan datang.

 

Dekadensi moral dalam dunia pendidikan merupakan tantangan serius yang harus ditangani dengan serius oleh seluruh komponen masyarakat. Upaya bersama dari lembaga pendidikan, keluarga, masyarakat, dan pemerintah diperlukan untuk mengembalikan nilai-nilai moral yang kuat dalam dunia pendidikan. Dengan mengatasi sebab-sebab dekadensi moral dan memahami dampak negatifnya, kita dapat membentuk generasi yang lebih bermoral dan bertanggung jawab.

 

Hal lain yang mempengaruhi dekadensi Moral tersebut karena Hilangnya keberkahan dalam dunia Pendidikan itu. Teori pendidikan sudah sangat Massiv dibicarakan dalam seminar, workshop, simposium,FGD dan bahkan barangkali sudah menembuh langit ke tujuh, tetapi perilaku dan etika serta karakter dari siswa/siswi kita semakin jauh dari nilai-nilai dari tujuan pendidikan itu dan semakin memprihatinkan. Salah satu yang mempengaruhi hilangnya keberkahan itu adalah “KEIKHLASAN”.

 

Di tengah perjalanan masa, guru-guru yang dulu dengan ikhlas menyampaikan ilmu pengetahuan dan mendidik dengan sepenuh hati,

kini terlihat seperti mereka hanya menjalankan tugas rutin. Ketidakkeikhlasan dalam mengajar semakin merasuk ke dalam hati mereka. Tujuan untuk memberikan kebaikan kepada para siswa telah tergantikan oleh tekanan untuk mencapai target akademik dan performa yang lebih baik dalam evaluasi.

 

Penyelenggara pendidikan, yang dulu memiliki semangat untuk memberikan lingkungan yang mendukung pertumbuhan karakter dan potensi siswa, kini lebih terfokus pada materi. Mereka berlomba-lomba membangun fasilitas mewah dan teknologi canggih tanpa memperhatikan nilai-nilai moral dan etika. Pendidikan yang seharusnya membentuk generasi yang bermartabat dan bertanggung jawab, kini lebih menekankan pada nilai-nilai dunia yang fana.

 

Semakin hari, keberkahan pendidikan terasa semakin menjauh. Siswa-siswa merasa seperti hanya menjalani rutinitas harian yang membosankan, tanpa benar-benar merasakan semangat dan inspirasi dari guru-guru mereka. Pelajaran yang seharusnya menumbuhkan minat dan pemahaman mendalam, kini hanya dipahami sebagai beban yang harus dijalani demi mendapatkan nilai tinggi.

 

Namun, di tengah kecenderungan ini, masih terdapat beberapa guru yang teguh pada prinsip-prinsip keikhlasan dalam mengajar. Mereka yang percaya bahwa pendidikan adalah panggilan mulia untuk membentuk masa depan bangsa, berusaha mempertahankan nilai-nilai luhur dalam setiap pelajaran yang disampaikan. Meskipun terkadang sulit, keberkahan yang mereka rasakan saat melihat siswa tumbuh dan berkembang secara menyeluruh menjadi motivasi utama.

 

Kita diingatkan bahwa keberkahan pendidikan bukan hanya terletak pada fasilitas yang canggih atau nilai-nilai akademik yang tinggi. Keikhlasan guru dan penyelenggara pendidikan untuk membentuk karakter dan moral siswa juga memiliki peran yang tak ternilai. Dalam usaha untuk mengembalikan keberkahan tersebut, penting bagi kita semua untuk kembali memprioritaskan nilai-nilai luhur dalam dunia pendidikan dan membangun semangat keikhlasan yang tulus.

 

 

 

Sangat miris dan menyedihkan yang terjadi akhir-akhir ini, adanya  perkelahian antar pelajar, terjadinya tawuran, Bullying, bahkan antar sesama pelajar ada yang membunuh temannya sendiri, hal ini mencerminkan gagalnya pendidikan karakter didunia pendidikan kita.

 

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai faktor telah berkontribusi pada penurunan keberkahan pendidikan di Negara yang kita cintai ini.  Salah satunya adalah kurangnya perhatian pada pembentukan karakter dan etika di lingkungan pendidikan. Terlalu fokus pada akademik dan prestasi semata, tanpa memberikan perhatian yang cukup pada nilai-nilai moral, telah menyebabkan siswa kehilangan pandangan tentang pentingnya saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

 

Akibatnya, semakin banyak siswa yang terlibat dalam perilaku bullying di sekolah. Mereka mungkin merasa tertekan, tidak diakui, atau bahkan frustasi akibat tuntutan akademik yang tinggi dan kurangnya dukungan emosional dari lingkungan sekolah. Seiring waktu, perilaku bullying semakin mewabah dan dapat merusak lingkungan belajar yang seharusnya mendukung perkembangan pribadi dan akademik siswa.

 

Untuk mengatasi masalah ini, perlu adanya perubahan dalam pendekatan pendidikan. Selain fokus pada prestasi akademik, pendidikan harus juga mengutamakan pembentukan karakter dan nilai-nilai moral yang kuat. Inisiatif seperti program anti-bullying, pelatihan bagi guru dan staf sekolah dalam menghadapi situasi bullying, serta pengenalan nilai-nilai empati dan penghargaan terhadap keberagaman, dapat membantu mengatasi masalah ini.

 

Selain itu, penting juga melibatkan orang tua dalam proses pendidikan anak-anak mereka. Membangun kemitraan antara sekolah dan keluarga dapat menciptakan lingkungan yang positif dan mendukung perkembangan etika dan moral siswa. Orang tua juga perlu terlibat aktif dalam mengajarkan anak-anaknya tentang menghargai dan

menghormati orang lain, serta membangun rasa empati terhadap sesama.

 

Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat mengatasi masalah berkurangnya keberkahan pendidikan di Indonesia dan memastikan bahwa siswa tumbuh dengan etika dan moral yang kuat, serta menghormati satu sama lain dengan menghindari perilaku bullying yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

 

Model pembinaan siswa di lingkungan sekolah untuk menghindari bullying dapat melibatkan beberapa langkah berikut:

 

Ÿ  Edukasi tentang bullying: Sekolah harus memberikan edukasi yang menyeluruh kepada siswa tentang apa itu bullying, jenis-jenisnya, dan dampak negatifnya. Dengan pemahaman yang jelas tentang bullying, siswa akan lebih sadar akan pentingnya menghindari perilaku tersebut.

 

Ÿ  Pengenalan nilai-nilai moral: Selain pendidikan akademik, sekolah juga harus mengutamakan pembentukan karakter dan nilai-nilai moral. Mengajarkan siswa tentang etika, empati, penghargaan terhadap keberagaman, dan menghormati orang lain menjadi landasan penting dalam menghindari bullying.

 

Ÿ  Pembentukan lingkungan sekolah yang positif: Sekolah harus menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan mendukung. Mengedepankan rasa kebersamaan, saling peduli, dan memperkuat ikatan sosial di antara siswa akan membantu mencegah terjadinya bullying.

 

Ÿ  Program anti-bullying: Sekolah dapat mengimplementasikan program anti-bullying yang aktif dan terstruktur. Program ini bisa mencakup sesi pembelajaran khusus, lokakarya, dan kegiatan lain yang berfokus pada mengatasi dan mencegah bullying.

 

Ÿ  Peran guru dan staf sekolah: Guru dan staf sekolah harus dilibatkan dalam upaya pencegahan bullying. Mereka harus mendukung siswa

dalam menghadapi situasi sulit, mengenali tanda-tanda bullying, dan memberikan dukungan emosional kepada siswa yang mungkin menjadi korban atau pelaku bullying.

 

Ÿ  Keterlibatan orang tua: Melibatkan orang tua dalam upaya pencegahan bullying sangat penting. Sekolah dapat menyelenggarakan pertemuan dengan orang tua untuk membahas isu-isu terkait bullying dan memberikan saran tentang bagaimana mereka dapat membantu anak-anak mereka menghindari perilaku tersebut.

 

Ÿ  Pembentukan tim pencegahan bullying: Sekolah dapat membentuk tim khusus yang bertugas dalam mengawasi dan mengatasi masalah bullying di lingkungan sekolah. Tim ini dapat memberikan pendampingan dan dukungan bagi siswa yang terlibat dalam situasi bullying.

 

Dengan menerapkan model pembinaan siswa seperti di atas, diharapkan siswa akan lebih terhindar dari perilaku bullying dan lingkungan sekolah menjadi tempat yang aman dan menyenangkan bagi semua siswa.