Motivasi Kerja Guru dengan Gaji Rendah di Indonesia: Perbandingan dengan Negara Maju dan Implikasinya terhadap Mutu Pendidikan
Oleh : Dr. Drs. H.Syahrir,MM (Kepala SMKN 5 Banjarmasin / Pemerhati Pendidikan)

Guru adalah pilar utama dalam menciptakan generasi unggul. Namun, di Indonesia, banyak guru, terutama yang belum mendapatkan tunjangan sertifikasi, menghadapi tantangan besar dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Gaji yang rendah sering kali memaksa mereka mencari pekerjaan sampingan, yang dapat berdampak pada kualitas pembelajaran.
Di sisi lain, di negara-negara maju seperti Finlandia, Jerman, dan Jepang, guru mendapatkan gaji yang lebih tinggi dan kesejahteraan yang lebih baik. Artikel ini akan membahas hubungan antara motivasi kerja guru dengan gaji rendah di Indonesia, perbandingannya dengan negara maju, serta dampaknya terhadap kualitas pendidikan.
Motivasi Kerja Guru di Indonesia dengan Gaji Rendah
Motivasi kerja guru dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah kesejahteraan ekonomi. Guru yang merasa dihargai secara finansial cenderung memiliki semangat kerja yang lebih tinggi. Sebaliknya, di Indonesia, guru, terutama yang berstatus Aparatur Sipil Negara (ASN) non-sertifikasi dan honorer, sering kali menerima gaji yang sangat rendah, jauh dari kata layak.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) tahun 2024 yang lalu, banyak guru honorer yang hanya mendapatkan gaji Rp300.000 hingga Rp1.500.000 per bulan, jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Bahkan, guru ASN yang belum mendapatkan tunjangan sertifikasi pun masih kesulitan memenuhi kebutuhan dasar mereka.
Dalam kondisi seperti ini, banyak guru terpaksa mencari pekerjaan sampingan, seperti mengajar les privat, berdagang, atau bahkan bekerja di sektor lain. Akibatnya, waktu dan energi mereka yang seharusnya didedikasikan untuk mendidik siswa justru terbagi. Hal ini menurunkan kualitas pengajaran karena guru lebih fokus pada usaha lain untuk bertahan hidup dibanding meningkatkan kompetensi mengajar.
Perbandingan dengan Negara Maju
Di negara maju, kesejahteraan guru menjadi prioritas utama. Misalnya:
Finlandia: Guru di Finlandia mendapatkan gaji rata-rata sekitar €3.500-€5.000 (Rp60-85 juta) per bulan. Selain itu, mereka juga mendapatkan pelatihan berkala serta lingkungan kerja yang mendukung.
Jerman: Guru sekolah dasar di Jerman berpenghasilan sekitar €3.500-€4.500 (Rp60-75 juta) per bulan, sementara guru sekolah menengah atas bisa mendapatkan lebih dari €5.000 (Rp85 juta) per bulan.
Jepang: Guru di Jepang mendapatkan rata-rata ¥300.000-¥600.000 (Rp30-60 juta) per bulan dengan tunjangan dan bonus tahunan yang besar.
Selain gaji yang layak, negara-negara ini juga menyediakan berbagai fasilitas tambahan seperti asuransi kesehatan, cuti berbayar, serta program pelatihan profesional. Hal ini membuat guru lebih fokus pada pengajaran dan pengembangan kurikulum tanpa harus khawatir terhadap kondisi ekonomi mereka.
Relevansi Gaji dengan Kualitas Pendidikan
Gaji guru memiliki korelasi langsung dengan kualitas pendidikan. Ketika guru merasa dihargai secara finansial, mereka lebih termotivasi untuk memberikan pengajaran yang berkualitas. Sebaliknya, ketika gaji rendah, semangat kerja menurun, dan akhirnya berdampak negatif pada proses belajar-mengajar.
Beberapa dampak rendahnya gaji guru terhadap kualitas pendidikan di Indonesia antara lain:
Rendahnya Motivasi Mengajar
Guru yang kurang dihargai cenderung mengajar seadanya. Kurangnya pelatihan dan minimnya waktu untuk meningkatkan kompetensi karena harus mencari tambahan penghasilan membuat mereka kurang inovatif dalam menyampaikan materi.
Tingginya Pergantian Guru
Banyak guru muda yang berbakat memilih meninggalkan profesi ini dan beralih ke pekerjaan lain yang menawarkan gaji lebih tinggi. Akibatnya, banyak sekolah kehilangan tenaga pendidik berkualitas.
Minimnya Persiapan dan Pengembangan Materi Ajar
Guru yang sibuk dengan pekerjaan sampingan memiliki keterbatasan waktu untuk membuat rencana pembelajaran yang efektif. Akibatnya, metode pengajaran menjadi monoton dan kurang menarik bagi siswa.
Ketimpangan Pendidikan antara Kota dan Desa
Di daerah perkotaan, beberapa sekolah swasta bisa memberikan gaji lebih tinggi, tetapi di daerah pedesaan, banyak guru menerima gaji yang sangat rendah. Ketimpangan ini menciptakan kesenjangan dalam mutu pendidikan di berbagai daerah.
Perbedaan Gaji Guru di Negara Maju dan Berkembang serta Implikasinya terhadap Mutu Pendidikan
Di negara maju, pemerintah mengalokasikan anggaran yang cukup besar untuk sektor pendidikan, termasuk untuk kesejahteraan guru. Hal ini berdampak pada:
Profesionalisme Guru: Dengan gaji yang layak, guru tidak perlu mencari pekerjaan lain dan bisa fokus mengembangkan metode pembelajaran.
Stabilitas Tenaga Pendidik: Guru tidak berpindah-pindah profesi, sehingga siswa mendapatkan bimbingan yang konsisten dari tenaga pendidik yang berpengalaman.
Inovasi dalam Pembelajaran: Guru memiliki waktu dan akses untuk terus mengembangkan metode pengajaran yang lebih menarik dan efektif.
Sebaliknya, di negara berkembang seperti Indonesia, di mana anggaran pendidikan masih terbatas, gaji guru sering kali diabaikan. Akibatnya:
1.Banyak guru yang kurang termotivasi dan hanya mengajar sekadar memenuhi kewajiban.
2.Kualitas pendidikan tidak berkembang karena minimnya inovasi dalam metode pengajaran.
3.Meningkatnya jumlah guru yang mencari pekerjaan lain atau beralih ke sektor lain.
Benarkah Gaji Guru Rendah karena Anggaran Negara Tidak Cukup?
Jika dibandingkan dengan negara maju, mereka lebih fokus pada kesejahteraan guru sebagai bagian dari investasi jangka panjang dalam pendidikan. Di Indonesia, pendekatan ini belum sepenuhnya diterapkan.
Salah satu alasan yang sering dikemukakan pemerintah adalah keterbatasan anggaran negara. Namun, jika dilihat dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), sektor pendidikan mendapat porsi sekitar 20% dari total anggaran nasional, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang.
Masalahnya, dana pendidikan ini tidak semuanya digunakan untuk kesejahteraan guru. Sebagian besar digunakan untuk infrastruktur, program digitalisasi, dan berbagai proyek lainnya. Selain itu, sistem birokrasi dan distribusi dana yang tidak efisien juga menjadi kendala. Banyak dana yang bocor akibat korupsi atau salah sasaran, sehingga anggaran yang seharusnya bisa digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan guru justru tersedot ke hal lain.
Kesimpulan
Gaji guru yang rendah di Indonesia berpengaruh besar terhadap motivasi kerja dan kualitas pendidikan. Banyak guru yang harus mencari pekerjaan lain untuk mencukupi kebutuhan hidup, yang akhirnya mengorbankan kualitas pengajaran.
Di negara maju, kesejahteraan guru menjadi prioritas utama, yang berkontribusi pada profesionalisme dan mutu pendidikan yang lebih baik. Perbedaan ini menunjukkan bahwa investasi dalam kesejahteraan guru berbanding lurus dengan kualitas pendidikan suatu negara.
Jika Indonesia ingin meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah perlu memperbaiki sistem penggajian guru, mengalokasikan dana yang lebih besar untuk kesejahteraan tenaga pendidik, serta memastikan distribusi anggaran yang lebih transparan dan efektif. Tanpa perubahan mendasar dalam sistem penggajian guru, akan sulit bagi Indonesia untuk mengejar ketertinggalan dalam sektor pendidikan dibanding negara maju.