Uncategorized

MENYOROT PODCAST AMALIA WAHYUNI DENGAN RADAR BANJARMASIN

Banjarmasin, SP-Amalia Wahyuni sejenak menjadi selebram dengan menviralkan Kadisdikbud Prov.Kalsel diberbagai media sosial baik cetak maupun elektronik dan berdampak pada pembentukan opini dimasyarakat dengan berbagai argumentasi, ada yang mendukung ciutan Amalia dan ada yang juga berkomentar terlalu dilebih-lebihkan yang sesungguhnya tidak harus diviralkan di media sosial. Tetapi apapun itu perlu penelusuran lebih jauh kebenaran informasi yang disampaikan dengan keadaan sesungguhnya.

Penelusuran SP, ada hal yang perlu menjadi perhatian khusus dari podcast tersebut dengan mengkonfirmasi kepada beberapa pihak yang ikut dalam kegiatan tersebut. SP meminta infomasi kepada Abdurrahman (Kasi Peserta Didik), terkait pelaksanaan kegiatan tersebut.

  1. Bahwa Amaliya Wahyuni (AW), bukanlah peserta yang diundang dalam Kegiatan itu karena yang diundang adalah Ketua dan Anggota tim TPPK satuan pendidikan dan ada SK yang masing-masing satuan pendidikan sudah mengupload SK di Dapodik dan bisa diakses di portal resmi Kemedikbud. Sehingga AW tidak seharusnya dia yang hadir, dan setelah konfirmasi kepada Kepala sekolahnya, Kepala Sekolah SMK Bhakti Bangsa mengakui kesalahan dan kekhilafannya menugaskan AW (Amalia Wahyuni) yang seharusnya bukan dia yang diundang. Lebih lanjut Abdurrahman mengatakan bahwa harusnya kalau Amalia berbicara Peraturan, dan dia mengerti aturan tersebut, dia akan menolak untuk mengikuti kegiatan tertsebut walaupun diminta oleh teman guru yang berhalangan, karena dalam surat yang dikirim oleh Dinas Pendidikan dan Kebudyaan Prov.Kalsel tidak ada kata-kata kalau ada guru (Tim TPPK) yang berhalangan boleh digantikan oleh guru lain.
  2. Menurut Abdurrahman (Kasi) bahwa AW dan Kepala Sekolahnya tidak ada konfirmasi dengan panitia pelaksana, sehingga Abdurrahman mengatakan yang bersangkutan secara legalitas tidak berhak untuk hadir, karena yang diundang hanya yang memiliki SK tim TPPK.
  3. Menurut penelusuran SP, bahwa Kadisdik (Madun) tidak pernah mengusir AW bahkan beliau mempersilahkan AW untuk keluar dengan bahasa yang sangat santun “bolehlah pian yang keluar”. dan bukan diusir dan dalam kalimat tersebut Kadisdik katakan sebanyak 2 kali. Dan pada saat dipintu keluar AW berbalik dan berkata “pian minta hargai ulun tapi pian kada mengahrgai kami” (Bapak meminta untuk dihargai tapi bapak tidak mengahrgai kami), tangan kirinya memegang buku sambil mengarahkan ke kadisdik, dan salah satu peserta yang menyaksikan kejadian itu saat AW sudah keluar ruangan mengatakan, peserta itu Kada Ba Adab lalu (maksudnya AW tidak memiliki Adab). Dan pada saat AW keluar ruangan kadisdik menyakan dari sekolah mana itu?. Dan pertanyaan Kadis ini kepeserta lainnya adalah hal wajar karena ingin tau siapa orang itu. dan ternyata Guru tersebut (Amalia Wahyuni) bukan peserta yang diundang. Karena bukan peserta yang diundang, maka malam kejadian itu juga Kepala Sekolahnya meminta untuk AW tidak meneruskan kegiatan Rakor tersebut.

Dalam Podcast AW (Amalia Wahyuni) dia mengatakan bahwa ada siswanya yang bilang ” kalau sekelas kepala Dinas merokok didepan bawahan” berarti kami boleh juga merokoklah. Setelah ditelusuri SP, ternyata setelah kejadian dan Amalia tidak melanjutkan kegiatan Rakor dan disuruh pulang oleh kepala sekolahnya, AW tidak pernah lagi masuk ke ruang kelas, karena diistrahatkan dirumah, sehingga kalau dia mengatakan ada pertanyaan siswanya dikelas, Itu tidak mungkin dan terkesan dibuat-buat dengan mengatas namakan siswanya.

Penelusuran SP, terkait pernyataan Sumpah yang dilakukan oleh AW, ternyata Alquran yang dipegang saat nangis-nangis di Medsos itu bukan Mushaf yang berbahasa Arab, tetapi Alquran Terjemahan bahasa Inggris yang tidak ada tulisan Arabnya. sehingga masyarakat berargumentasi bahwa berani dia pegang Alquran dan bersumpah karena yang dipegang itu bukan Alquran, hanya terjemahan dalam bahasa Inggris tanpa tulisan arab.

Yang menarik diakhir pernyataan AW pada podscat di Radar Banjarmasin mengatakan bahwa Pendidikan tidak baik-baik saja, ketika dikonfirmasi dikalangan yang faham pendidikan, mereka mengatakan bahwa pernyataan Amalia Wahyuni itu ambigu, ap yang mendasari sehingga berani mengatakan itu, padahal Amalia wahyuni menjadi guru honorer baru seumur jagung.

Jurnalis,SP

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *