Menyimak dan memperhatikan berita terkait pernyataan seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Wahyuni) mengenai ciutannya di Media sosial yang saat ini sedang Viral dan ditanggapi beragam argumentasi baik oleh kalangan anggota legislatif maupun pemerhati pendidikan dan masyarakat lainnya yang nadanya seolah-olah mendukung pernyataan dari Amalia Wahyuni tersebut terkait masalah Adab dan Ilmu. Dalam ciutan netizen pada medsos beragam komentar, ada yang memberikan support dan mendukung pernyataan Amalia Wahyuni dan ada juga sebagian besar dari guru-guru yang bersuara bahwa kami guru-guru yang ikut dalam pertemuan itu tidak mempermasalahkan ketika kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.kalsel merokok saat sedang berada didepan membuka acara kegiatan di salah satu hotel berbintang di Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.
Tulisan ini akan memberikan pandangan mengenai kata-kata Amalia Wahyuni terkait “Adab dan Ilmu”. Semua orang akan sepakat ketika dikatakan bahwa Adab lebih tinggi daripada Ilmu, karena tidak ada artinya ilmu yang kita miliki ketika tidak memiliki Adab. Tetapi dari sisi yang lain perlu dipahami bahwa: “Mengatakan seseorang tidak BERADAB sementara orang yang mengatakannya juga tidak beradab, adalah sebuah bentuk ketidakkonsistenan dan Hipokrisi.
Ada beberapa poin penting yang ingin saya katakan bahwa:
Ke 3 poin yang saya sampaikan diatas, ada yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh terkait permasalahan ciutan Amalia Wahyuni di Medsos, yang secara berani mengatakan bahwa Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel (Madun) adalah orang yang tidak memiliki ADAB dan tentunya perlu dipertanyakan apa Tolak Ukur dari Amalia Wahyuni yang mengatakan bahwa Kepala Dinas Tidak Beradab?. Apakah hanya karena merokok dan memakai Sandal Jepit saat Masuk kedalam Ruangan tempat acara berlangsung sehingga Amalia Wahyuni Mengatakan Kepala Dinas tidak Beradab?.Dalam Video yang berselewaran di Medsos pernyataan Amalia Wahyuni, sesungguhnya masih Ambigu ketika berbicara Adab dan Ilmu kalau dikaitkan dengan merokok dan pakai sandal. Barangkali Amalia Wahyuni belum mengerti apa itu “ADAB” dan apa itu “ILMU” sehingga dengan berani mengatakan bahwa kepala dinas Pendidikan dan Kebudayaan tidak Beradab hanya karena merokok dan juga pakai Sandal, apalagi dalam video tersebut ada narasi berbahasa Inggris dan dia mengatakan bahwa dia pernah keluar negeri (Mungkin dia membandingan kejadian itu dengan Luar negeri).
Ketika kita memahami Konsistensi dalam Prilaku pada poin 2 diatas, pertanyaan yang juga harus dijawab oleh Amalia Wahyuni, Mana yang lebih beradab Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel dibandingkan dengan Amalia Rosi?. (Gunakan Norma universal karena katanya pernah keluar negeri). Mana yang lebih beradab Orang yang Menyebarkan aib orang lain di Medsos dibanding dengan menutupi aib orang lain?. Dalam Agama Islam dikenal istilah “Tabayyun”. yang berasal dari bahasa Arab yang berarti meneliti, menjelaskan, memahami, atau memverifikasi. Secara istilah, tabayyun adalah proses seleksi dan pengecekan dan verifikasi atas sebuah kejadian untuk memastikan kebenarannya. Ini sangat relevan dalam konteks penyebaran informasi yang cepat di era digital, dimana informasi yang tidak akurat atau tidak tepat dengan mudah bisa menyebar dan akan menimbulkan dugaan dan persepsi yang bermacam-macam dan bisa menjurus ke Fitnah dan berdampak rusaknya nama baik seseorang, seperti kejadian yang sengaja Amalia Wahyuni menviralkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel. Apakah Amalia Rosi pernah menanyakan kepada Pa Madun kenapa pakai Sandal?. Dari informasi yang saya dengar bahwa kaki beliau sakit ketika menggunakan sepatu sehingga hanya keadaan terpaksa baru beliau pakai sepatu itupun menahan sakit. Kemudian terkait rokok, apakah Amalia Wahyuni pernah menanyakan kenapa Pa Madun Merokok?. Apakah pernah Amalia Rossi menanyakan kepada orang lain, kenapa ada ulama maupun para penceramah juga ada yang merokok baik itu saat memimpin pengajian maupun saat pertemuan dengan tamu-tamu yang berkunjung kekediaman beliau yang kabarnya almarhum guru kharismatik di Kalsel juga merokok dan bisa mengisap 14 Bungkus rokok setiap hari?. Adakah yang menjustifikasi dan mengatakan kalau para Kiai atau ulama tersebut tidak beradab hanya karena merokok?. Pertanyaan ini mestinya Amalia Rossi jawab supaya faham istilah Beradab atau tidak beradab, sehingga tidak dengan mudah mengatakan orang lain tidak beradab dan jangan-jangan kita lah yang tidak beradab itu. Karena orang-orang sufi pernah mengatakan orang yang mengatakan dirinya paling baik, sesungguhnya dialah yang paling jelek.
Ada beberapa alasan kenapa saya menyikapi dan memberikan pandangan terkait viralnya dimedia sosial seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Wahyuni) dengan berani menviralkan dan membuat pernyataan yang menyudutkan kepala Dinas pendidikan dan Kebudyaan Kalsel (Madun) terkait ADAB.
Dengan melakukan Tabayyun seorang Muslim diharapkan tidak tergesa-gesa dalam menyebarkan informasi yang berdampak rusaknya nama baik seseorang yang akhirnya akan terjadi ketidakharmonisan antar sesama apalagi atara guru dan Kepala Dinas pendidikan yang nota bene satu perahu untuk bersama-sama mewujdukan pendidikan yang lebih maju. Mestinya harus bisa menahan diri (ini bagian juga dari ADAB), karena menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya menceritakan juga kejelekan kita sesungguhnya, Kita diajari bagaimana adab kepada Pemimpinnya, Adab kepada sesama teman dan Adab kepada yang lebih tua dari kita dan adab kepada yang lebih muda dari kita. Kita mungkin sudah merasa bangga dengan berhasil menviralkan pimpinannya dan nama baiknya rusak dimasyarakat, padahal pada dasarnya Justru nama baik kitalah yang rusak karena kita tidak memiliki ADAB terhadap Pimpinan kita, karena kita belum menempuh yang namanya Tabayyun. Semoga Tulisan ini bisa menjadi penyeimbang berita viral yang ketika kita tidak meng-edukasi masyarakat, maka hanya akan menimbulkan perpecahan dan ketidak harmonisan. Berharap setelah tulisan ini dibaca oleh Amalia Wahyuni maupun Kepala Dinas pendidikan dan Kebudayaan (Madun) bisa menjadi jembatan untuk Tabayyun dan saling memahami karena 1 perahu di dinas pendidikan dan kebudayaan Prov.Kalsel untuk bersama-sama mencerdasakan anak bangsa serta berharap bahwa Kejadian ini tidak bernuangsa Politik.
Dr.Syahrir