MEMAKNAI ADAB DARI PERNYATAAN SEORANG GURU SMKS BANJARBARU-KALSEL

Menyimak dan memperhatikan berita terkait pernyataan seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Wahyuni) mengenai ciutannya di Media sosial yang saat ini sedang Viral dan ditanggapi beragam argumentasi baik oleh kalangan anggota legislatif maupun pemerhati pendidikan dan masyarakat lainnya yang nadanya seolah-olah mendukung pernyataan dari  Amalia Wahyuni tersebut terkait masalah Adab dan Ilmu. Dalam ciutan netizen pada medsos beragam komentar, ada yang memberikan support dan mendukung pernyataan Amalia Wahyuni dan ada juga sebagian besar dari guru-guru yang bersuara bahwa kami guru-guru yang ikut dalam pertemuan itu tidak mempermasalahkan ketika kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.kalsel merokok saat sedang berada didepan membuka acara kegiatan di salah satu hotel berbintang di  Banjarmasin beberapa waktu yang lalu.

Tulisan ini akan memberikan pandangan mengenai kata-kata Amalia Wahyuni  terkait “Adab dan Ilmu”. Semua orang akan sepakat ketika dikatakan bahwa Adab lebih tinggi daripada Ilmu, karena tidak ada artinya ilmu yang kita miliki ketika tidak memiliki Adab. Tetapi dari sisi yang lain perlu dipahami bahwa: “Mengatakan seseorang tidak BERADAB sementara orang yang mengatakannya juga tidak beradab, adalah sebuah bentuk ketidakkonsistenan dan Hipokrisi.

Ada beberapa poin penting yang ingin saya katakan bahwa:

  1. Adab dan Ilmu: Adab (etika atau sopan santun) sering dianggap lebih tinggi daripada ilmu. Seseorang yang berilmu tetapi tidak beradab tidak akan dihormati oleh orang lain, Sebaliknya orang yang beradab meskipun tidak memiliki banyak ilmu akan lebih dihargai.
  2. Konsistensi dalam Perilaku: mengkritik orang lain tanpa memperbaiki diri sendiri adalah tindakan yang tidak konsisten. Dalam islam, ada hadist yang menyebutkan bahwa orang yang menyuruh kebaikan tetapi tidak melakukannya sendiri akan mendapatkan hukuman yang berat.
  3. Adab mengajarkan kepada  kita untuk menghormati orang lain bersikap rendah hati dan tidak sombong.

Ke 3 poin yang saya sampaikan diatas, ada yang menarik untuk ditelusuri lebih jauh terkait permasalahan ciutan Amalia Wahyuni di Medsos, yang secara berani mengatakan bahwa Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel (Madun) adalah orang yang tidak memiliki ADAB dan tentunya perlu dipertanyakan apa Tolak Ukur dari Amalia Wahyuni yang mengatakan bahwa Kepala Dinas Tidak Beradab?. Apakah hanya karena merokok dan memakai  Sandal Jepit saat Masuk kedalam Ruangan tempat acara berlangsung sehingga  Amalia Wahyuni Mengatakan Kepala Dinas tidak Beradab?.Dalam Video yang berselewaran di Medsos pernyataan  Amalia Wahyuni, sesungguhnya  masih Ambigu ketika berbicara Adab dan Ilmu kalau dikaitkan dengan merokok dan pakai sandal. Barangkali  Amalia Wahyuni belum mengerti apa itu “ADAB” dan apa itu “ILMU” sehingga dengan berani mengatakan bahwa kepala dinas Pendidikan dan Kebudayaan tidak Beradab hanya karena merokok dan juga pakai Sandal, apalagi dalam video tersebut ada narasi berbahasa Inggris dan dia mengatakan bahwa dia pernah keluar negeri (Mungkin dia membandingan kejadian itu dengan Luar negeri).

Ketika kita memahami Konsistensi dalam Prilaku pada poin 2 diatas, pertanyaan yang juga harus dijawab oleh  Amalia Wahyuni, Mana yang lebih beradab Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel dibandingkan dengan Amalia Rosi?. (Gunakan Norma universal karena katanya pernah keluar negeri). Mana yang lebih beradab Orang yang Menyebarkan aib orang lain di Medsos dibanding dengan menutupi aib orang lain?. Dalam Agama Islam dikenal istilah “Tabayyun”. yang berasal dari bahasa Arab yang berarti meneliti, menjelaskan, memahami, atau memverifikasi. Secara istilah, tabayyun adalah proses seleksi dan pengecekan dan verifikasi atas sebuah kejadian untuk memastikan kebenarannya. Ini sangat relevan dalam konteks penyebaran informasi yang cepat di era digital, dimana informasi yang tidak akurat atau tidak tepat dengan mudah bisa menyebar dan akan menimbulkan dugaan dan persepsi yang bermacam-macam dan bisa menjurus ke Fitnah dan berdampak rusaknya nama baik seseorang, seperti kejadian yang sengaja Amalia Wahyuni menviralkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel. Apakah Amalia Rosi pernah menanyakan kepada Pa Madun kenapa pakai Sandal?. Dari informasi yang saya dengar bahwa kaki beliau sakit ketika menggunakan sepatu sehingga hanya keadaan terpaksa baru beliau pakai sepatu itupun menahan sakit. Kemudian terkait rokok, apakah  Amalia Wahyuni pernah menanyakan kenapa Pa Madun  Merokok?. Apakah pernah Amalia Rossi menanyakan kepada orang lain, kenapa ada ulama maupun para penceramah juga ada yang  merokok baik itu saat memimpin pengajian maupun saat pertemuan dengan tamu-tamu yang berkunjung kekediaman beliau yang  kabarnya almarhum guru kharismatik di Kalsel juga merokok dan bisa mengisap 14 Bungkus rokok setiap hari?. Adakah yang menjustifikasi dan mengatakan kalau para Kiai atau ulama tersebut tidak beradab hanya karena merokok?. Pertanyaan ini mestinya Amalia Rossi jawab supaya faham istilah Beradab atau tidak beradab, sehingga tidak dengan mudah mengatakan orang lain tidak beradab dan jangan-jangan kita lah yang tidak beradab itu. Karena orang-orang sufi pernah mengatakan orang yang mengatakan dirinya paling baik, sesungguhnya dialah yang paling jelek.

Ada beberapa alasan kenapa saya menyikapi dan memberikan pandangan terkait viralnya dimedia sosial seorang guru SMKS di Banjarbaru (Amalia Wahyuni) dengan berani menviralkan dan membuat pernyataan yang menyudutkan kepala Dinas pendidikan dan Kebudyaan Kalsel  (Madun) terkait ADAB.

  1. Apakah Ibu Amalia Wahyuni merasa memiliki Adab Yang tinggi sehingga tanpa Tabayyun membuat viral video di medsos yang merusak nama baik seseorang (Madun)?, Apakah dengan merusak nama baik seseorang dan menyebarkan di media sosial lalu ibu Amalia Wahyuni menganggap dirinya orang Beradab?. (tolong ini dijawab).
  2. Supaya ada keseimbangan pemberitaan, dan masyarakat bisa faham terkait makna “ADAB” sehingga semua  faham bahwa memakai sandal, bukan standar universal ketika dikaitkan Beradab atau tidaknya seseorang dengan alasan tertentu.
  3. Menggaris bawahi pernyataan lain di Video yang Viral tersebut dengan kata-kata Amalia Wahyuni “DIUSIR”. keluar dari rungan karena protes dengan merokoknya kepala Dinas pendidikan (Madun) didepan, apakah saat Amalia Wahyuni melakukan Protes itu juga diucapkan dengan kata-kata Hikmah dan dengan ADAB atau hanya ingin mempermalukan kepala Dinas pendidikan dan kebudayaan (Madun) dihadapan peserta lainnya?, Dari Informasi yang ada, dan dari pernyataan  beberapa peserta kegiatan tersebut malah menganggap bahwa Amalia Wahyuni lah yang tidak beradab dengan nada tidak sopan saat melakukan teguran kepada  Kepala Dinas Pendidikan  waktu itu. Lalu timbul pertanyaan, bagaimana ADAB kita kepada Pemimpin kita?. Pernyataan DIUSIR ini juga pernyataan yang ambigu dan dilebih-lebihkan. Frasa ini memiliki konotasi yang negatif dan kasar, karena mengusir seseorang berarti memaksa seseorang meninggalkan tempat tersebut dengan cara yang tidak sopan atau tidak hormat, padahal dari saksi yang mendengarkan kejadian saat itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Madun) mempersilahkan keluar ruangan apabila tidak tahan dengan asap rokok (sebenarnya dari informasi peserta lainnya bahwa  Amalia Wahyuni duduknya ditengah dan masih sangat jauh untuk terkena asap rokok). Hal ini menimbulkan pertanyaan dari peserta lainnya, yang mengatakan kami saja yang duduk didepan, asap rokok tidak sampai kekami apalagi  Amalia Wahyuni yang duduknya jauh dari sumber asap rokok tersebut. Sehingga pernyataan dari guru-guru yang ikut dalam kegiatan itu yang juga ramai  di Status WA nya masing-masing guru dengan bunyi statusnya “Alhamdulillah tidak atas nama kami guru-guru se kalsel, terima kasih bu Amalia Wahyuni pian atas nama pribadi yang merasa tidak nyaman, Kami guru-guru se kalsel tidak mempermasalahkan hal Tersebut”. Inilah status di WA guru-guru se kalsel, sehingga mereka menganggap bahwa video yang disebarluaskan tersebut sangat berlebihan dan dilebih-lebihkan.
  4. UU ITE sudah sangat jelas, Jika pihak Pa Madun secara pribadi dan atau atas nama Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Prov.Kalsel merasa dicemarkan nama baiknya, maka bisa jadi menempuh jalur hukum dan akan berdampak bagi Amalia Wahyuni  sebagai pencemaran nama baik serta   sudah merusak nama baiknya karena sesungguhnya apa yang disebar dalam Video tersebut sangat bertolak belakang dari kejadian sesungguhnya.

Dengan melakukan Tabayyun seorang Muslim diharapkan tidak tergesa-gesa dalam menyebarkan informasi yang berdampak rusaknya nama baik seseorang yang akhirnya akan terjadi ketidakharmonisan antar sesama apalagi atara guru dan Kepala Dinas pendidikan yang nota bene satu perahu untuk bersama-sama mewujdukan pendidikan yang lebih maju. Mestinya harus bisa menahan diri (ini bagian juga dari ADAB), karena menceritakan kejelekan orang lain sesungguhnya menceritakan juga kejelekan kita sesungguhnya, Kita diajari bagaimana adab kepada Pemimpinnya, Adab kepada sesama teman dan Adab kepada yang lebih tua dari kita dan adab kepada yang lebih muda dari kita. Kita mungkin  sudah merasa bangga dengan berhasil menviralkan pimpinannya  dan nama baiknya rusak dimasyarakat, padahal pada dasarnya Justru nama baik kitalah yang rusak karena kita tidak memiliki ADAB terhadap Pimpinan kita, karena kita belum menempuh yang namanya Tabayyun. Semoga Tulisan ini bisa menjadi penyeimbang berita viral yang ketika kita tidak meng-edukasi masyarakat, maka hanya akan menimbulkan perpecahan dan ketidak harmonisan. Berharap setelah tulisan ini dibaca oleh Amalia Wahyuni maupun Kepala Dinas pendidikan dan Kebudayaan (Madun) bisa menjadi jembatan untuk Tabayyun dan saling memahami karena 1 perahu di dinas pendidikan dan kebudayaan Prov.Kalsel untuk bersama-sama mencerdasakan anak bangsa serta berharap bahwa Kejadian ini tidak bernuangsa Politik.

Dr.Syahrir

Anggota GIGA INSTITUT Hamburg-Jerman