APRESIASI KEPADA KADISDIKBUD KALSEL

Kadisdikbud Kalsel Meminta Maaf.

BanjarmasinSP-Muhammadun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammadun, mengakui kesalahannya dan meminta maaf secara terbuka setelah video dirinya merokok di ruang ber-AC saat rapat koordinasi (rakor) viral di media sosial.

Kejadian ini bermula ketika seorang guru SMK Swasta, Amalia Wahyuni, yang hadir dalam rakor tersebut, merekam dan mengunggah video dirinya dan memviralkan Muhammadun yang merokok di dalam ruangan ber-AC. Dalam video tersebut, Amalia juga menyebutkan bahwa Muhammadun hanya mengenakan sandal kuning saat memasuki ruangan. Video ini kemudian menyebar luas di media sosial dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat.

Amalia, yang merasa terganggu dengan asap rokok tersebut padahal dari pernyataan Muhammadun bahwa jarak antara Madun dengan tempat duduk Amalia cukup Jauh, dan dari pengakuan Madun (sapaan akrab Muhammadun) mengatakan bahwa dia merokok dari luar ruangan sampai kedalam ruangan dan setelah sampai dalam ruangan meminta asbak untuk mematikan rokok tersebut.

Ketika seorang pemimpin, Kadisdikbud Kalsel  (Madun) meminta maaf kepada masyarakat atas kekhilafan seperti merokok di ruang ber-AC, hal ini menunjukkan beberapa sikap dan etika yang positif:

Tanggung Jawab: Mengakui kesalahan dan meminta maaf menunjukkan bahwa pimpinan tersebut bertanggung jawab atas tindakannya. Ini adalah tanda bahwa ia tidak menghindar dari konsekuensi perbuatannya.

Kerendahan Hati: Meminta maaf memerlukan kerendahan hati. Ini menunjukkan bahwa pimpinan tersebut tidak merasa dirinya selalu benar dan bersedia mengakui kesalahan di hadapan publik.

Empati: Dengan meminta maaf, pimpinan menunjukkan bahwa ia peduli terhadap perasaan dan kenyamanan orang lain. Ini adalah tanda bahwa ia memahami dampak negatif dari tindakannya terhadap orang lain.

Komitmen untuk Perbaikan: Permintaan maaf sering kali disertai dengan janji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ini menunjukkan bahwa pimpinan tersebut berkomitmen untuk memperbaiki diri dan menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan.

Transparansi: Mengakui kesalahan secara terbuka menunjukkan transparansi dan kejujuran. Ini penting untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan publik.
Secara keseluruhan, tindakan meminta maaf ini mencerminkan sikap dan etika yang baik, serta dapat membantu memperbaiki hubungan dengan masyarakat.

Dengan Permintaan Maaf Muhammadun, yang juga sudah tersebar di Media Sosial, menunjukkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, bahkan ada pernyataan Madun yang mengatakan bahwa sudah memafkan Amalia Wahyuni dengan menganalogikan bagaimana layaknya seorang ayah dengan anak.

Andaikan hal ini juga dilakukan oleh Amalia Wahyuni untuk meminta maaf  yang sudah memviralkan di medsos yang sesungguhnya jika Muhammadun melaporkan ke Polisi, bisa diproses sebagai  pencemaran nama baik dan bisa berdampak hukum dengan UU ITE, tapi ini tidak dilakukan Madun. Maka jika Amalia Wahyuni juga legowo dan juga secara terbuka meminta maaf maka hubungan antara ayah (Madun) dengan anak (Amalia) akan jadi harmonis kembali dan dunia pendidikan kita akan tersenyum. Kita tunggu Amalia Wahyuni melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh orangtuanya dan publik akan menilai siapa yang memiliki etika moral dan siapa yang tidak memiliki etika moral dan Adab tersebut.

Dr. Syahrir- Wakil Ketua DPW FORSILADI  (Forum Silaturrami Doktor Indonesia) Wilayah Kalsel

APRESIASI KEPADA KADISDIKBUD KALSEL

Kadisdikbud Kalsel Meminta Maaf.

Banjarmasin, SP-Muhammadun, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Selatan, Muhammadun, mengakui kesalahannya dan meminta maaf secara terbuka setelah video dirinya merokok di ruang ber-AC saat rapat koordinasi (rakor) viral di media sosial.

Kejadian ini bermula ketika seorang guru SMK Swasta, Amalia Wahyuni, yang hadir dalam rakor tersebut, merekam dan mengunggah video dirinya dan memviralkan Muhammadun yang merokok di dalam ruangan ber-AC. Dalam video tersebut, Amalia juga menyebutkan bahwa Muhammadun hanya mengenakan sandal kuning saat memasuki ruangan. Video ini kemudian menyebar luas di media sosial dan memicu berbagai reaksi dari masyarakat.

Amalia, yang merasa terganggu dengan asap rokok tersebut padahal dari pernyataan Muhammadun bahwa jarak antara Madun dengan tempat duduk Amalia cukup Jauh, dan dari pengakuan Madun (sapaan akrab Muhammadun) mengatakan bahwa dia merokok dari luar ruangan sampai kedalam ruangan dan setelah sampai dalam ruangan meminta asbak untuk mematikan rokok tersebut.

Ketika seorang pemimpin, Kadisdikbud Kalsel  (Madun) meminta maaf kepada masyarakat atas kekhilafan seperti merokok di ruang ber-AC, hal ini menunjukkan beberapa sikap dan etika yang positif:

Tanggung Jawab: Mengakui kesalahan dan meminta maaf menunjukkan bahwa pimpinan tersebut bertanggung jawab atas tindakannya. Ini adalah tanda bahwa ia tidak menghindar dari konsekuensi perbuatannya.

Kerendahan Hati: Meminta maaf memerlukan kerendahan hati. Ini menunjukkan bahwa pimpinan tersebut tidak merasa dirinya selalu benar dan bersedia mengakui kesalahan di hadapan publik.

Empati: Dengan meminta maaf, pimpinan menunjukkan bahwa ia peduli terhadap perasaan dan kenyamanan orang lain. Ini adalah tanda bahwa ia memahami dampak negatif dari tindakannya terhadap orang lain.

Komitmen untuk Perbaikan: Permintaan maaf sering kali disertai dengan janji untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Ini menunjukkan bahwa pimpinan tersebut berkomitmen untuk memperbaiki diri dan menciptakan lingkungan yang lebih baik di masa depan.

Transparansi: Mengakui kesalahan secara terbuka menunjukkan transparansi dan kejujuran. Ini penting untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan publik.
Secara keseluruhan, tindakan meminta maaf ini mencerminkan sikap dan etika yang baik, serta dapat membantu memperbaiki hubungan dengan masyarakat.

Dengan Permintaan Maaf Muhammadun, yang juga sudah tersebar di Media Sosial, menunjukkan seorang pemimpin yang bertanggung jawab, bahkan ada pernyataan Madun yang mengatakan bahwa sudah memafkan Amalia Wahyuni dengan menganalogikan bagaimana layaknya seorang ayah dengan anak.

Andaikan hal ini juga dilakukan oleh Amalia Wahyuni untuk meminta maaf  yang sudah memviralkan di medsos yang sesungguhnya jika Muhammadun melaporkan ke Polisi, bisa diproses sebagai  pencemaran nama baik dan bisa berdampak hukum dengan UU ITE, tapi ini tidak dilakukan Madun. Maka jika Amalia Wahyuni juga legowo dan juga secara terbuka meminta maaf maka hubungan antara ayah (Madun) dengan anak (Amalia) akan jadi harmonis kembali dan dunia pendidikan kita akan tersenyum. Kita tunggu Amalia Wahyuni melakukan hal yang sama yang dilakukan oleh orangtuanya dan publik akan menilai siapa yang memiliki etika moral dan siapa yang tidak memiliki etika moral dan Adab tersebut.

Dr. Syahrir- Wakil Ketua DPW FORSILADI  (Forum Silaturrami Doktor Indonesia) Wilayah Kalsel